Mereka mempersiapkannya dengan menanamkan aqidah islam yang mengakar kuat, kokoh, tak tergoyahkan. Mereka benar-benar memahami risalah Islam secara menyeluruh dengan baik dan meyakini bahwa nikmat Allah yang paling berharga adalah Islam. Sehingga perlu dijaga keberadaanya dengan menerapkan dan menyebarkannya ke seluruh alam.
Dorongan Aqidah yang Kuat dan Mengakar
Jika kita mengetahui bahwa generasi baru sangat berperan pada masa yang akan datang maka sudah selayaknya kita menyiapkan generasi tersebut dengan berbekal aqidah islam yang kuat pada anak secara maksimal. Sebagaimana nabi Ya’kub sebelum beliau meninggal dunia, beliau memanggil anak-anaknya kemudian menanyakan apa yang kalian sembah setelah aku mati, dengan mantap mereka menjawab pertanyaan nabi Yakub as. Bahwa mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang sebelumnya telah beliau ajarkan, Sebagaimana firman Allah swt dalam surat : Al-Baqaroh : 133
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Jika pelajaran pertama yang di ajarkan tentang aqidah Islam maka akan melahirkan generasi islam yang kuat yang tidak terpengaruh dengan keadaan yang rusak bahkan mereka akan berupaya merubah keadaan tersebut agar sejalan dengan Islam. Sebab mereka meyakini bahwa dengan Islamlah maka manusia bisa selamat dunia dan akhirat. Dengan Islamlah rahmatan lil alamin bisa terwujud.
Masa Pendidikan Anak
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk membekali aqidah Islam dan syariat Allah, agar kelak jika mereka sudah baligh maka mereka akan berupaya menerapkan aturan Allah yang telah mereka pelajari sejak kecil. Sebab masa baligh adalah masa telah dikenai hukum. Jadi sudah seharusnya orang tua memperhatikan bekal yang diberikan kepada anak-anaknya. Agar mereka kelak dewasa tidak bergelimpangan dosa disebabkan lalainya pendidikan Islam sejak kecil yang seharusnya diberikan orang tua.
Bagaimana mereka bisa mengenal Allah jika tidak dikenalkan pembuktian ciptaan-ciptaan Allah, bagaimana mereka bisa memahami Al-Qur’an kalau mereka tidak diajari mengkaji Al-Qur’an, membaca, menghafalkan dan memahaminya, bagaimana mereka bisa mengetahui wajib, sunnah, mubah, makhruh, haram jika tidak dipelajari dengan tekun, bagaimana mereka menerapkannya syariat Allah jika tidak dilatih. Disinilah peran orang tua untuk menyiapkan mereka sebaik mungkin, sebab mereka adalah generasi baru Islam yang akan melanjutkan perjuangan Islam sebagaimana yang dilakukan generasi sebelumnya.
Imam Al-Ghazali berkata : Ketahuilah bahwa mendidik anak merupakan perkara yang urgen dan penting. Anak merupakan amanah bagi orang tua. Hatinya yang masih suci merupakan potensi yang berharga … jika dibiasakan dan diajari kebaikan-kebaikan niscaya ia akan tumbuh baik sehingga ia kelak akan menikmati kebahagian di dunia dan akhirat. Tetapi jika ia dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan begitu saja sepertinya binatang, maka ia akan sengsara dan celaka…,” (ihya ‘ulumuddin, Al-Ghazali III ; 62).
Anak jika diajari kebaikan terus-menerus maka dia akan menjadi baik, namun sebaliknya apabila diajari keburukan terus menerus maka dia akan menjadi buruk. Berilah perhatian yang lebih, tanamkan aqidah islam yang kuat dan mengakar, adakalanya diwaktu tertentu dia semangat dan adakalanya waktu yang lain dia merasa jenuh namun kita tidak boleh lepas dari petunjuk Allah swt sebagaimana dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda :
لكل عمل شرة ولكل شرة فترة فمن كانت فترته إلى سنتي فقد اهتدى ومن كانت فترته إلى غير ذلك فقد هلك
"Setiap amal memiliki (masa-masa) semangat dan setiap semangat memiliki kejenuhan maka barangsiapa (masa-masa) jenuhnya (diarahkan) kepada sunnahku maka ia telah mendapatkan petunjuk. Dan barangsiapa yang (masa-masa) jenuhnya (diarahkan) kepada selain itu maka ia telah binasa." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya)Permainan Anak-Anak
Hasan bin Ali cucu Nabi saw ketika masih kecil mempunyai mainan, begitu juga Abu umair bin Abu Tholhah mempunyai mainan. Sedangkan Aisyah ra masih kecil mempunyai mainan boneka. Dan Rasulullah membiarkan mereka bermain bahkan menyuruh teman-teman perempuan ‘Aisyah ra masuk ke rumah beliau agar mereka bermain bersama-sama ‘Aisyah ra.
Imam Ghazali rahimahullah, menasehati orang tua atau para pendidik agar memperkenan anak kecil bermain dengan permainan-permainan ringan setelah selesai belajar untuk menumbuhkan semangat baru dengan catatan tidak melelahkan dirinya.
Anak-anak ketika mereka bermain maka mereka senang .maka akan menumbuhkan semangat baru pada dirinya untuk belajar bukan sebaliknya mereka lelah bermain sehingga tidak bisa belajar.
Dari sini bermain untuk menumbuhkan semangat baru sangat dibutuhkan agar pendidikan anak bisa berkembang. Sebab melarang anak kecil bermain dan mem forsir dia untuk selalu belajar akan mematikan hatinya, melumpuhkan kecerdasannya dan menyengsarakan hidupnya.
Akibatnya anak selalu mencari alasan atau cara melarikan diri agar bebas dari beban tersebut. Dari sini kemampuan orang tua dan pendidik pandai –pandai melihat dan mengatur kondisi anak agar proses pendidikan berjalan dengan baik dan berkembang sesuai dengan syariat Allah swt.
Dengan membekali anak-anak kita dengan aqidah Islam dan syariat Allah, kemudian menumbuhkan semangat baru mereka dengan bermain , Insya Allah, anak-anak kita menjadi generasi Islam yang terbaik yang mampu membentuk peradaban Islam abad ke 21. Amien.
0 komentar:
Posting Komentar