Kurikulum pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini benar-benar memperlihatkan lagi kecorengannya. Pendidikan seks berbalut Kesehatan Reproduksi, kini tengah merambah usia anak-anak. Hal itu sebenarnya sangat jelas tertuang dalam kurikulum yang dibuat para pemegang kekuasaan. Lalu, mau di bawa ke mana arah pendidikan anak-anak negeri ini, serta apa yang ditanamkan untuk anak-anak kita?
Tak Pantas
Pendidikan ala Barat tersebut disisipkan dalam beberapa mata pelajaran. Salah satunya di dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) yang kerap menimbulkan beberapa masalah dan kegusaran bagi para pelajar Muslimah, terutama dalam beberapa praktik olahraga yang menyebabkan para pelajar tidak menutup auratnya.
Buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tidak sesuai peruntukkan kembali muncul. Beredar di Cianjur, LKS untuk murid Kelas V SD/MI itu diduga berbau pornografi dan dinilai tidak tepat bagi murid sekolah dasar.
Dalam LKS mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terdapat kalimat-kalimat dan kata yang menyebutkan organ vital pria dan wanita yang dinilai belum tepat bagi murid SD.
Keberadaan LKS itu ditemukan di SD Sodong, kecamatan Cikalongkulon, Cianjur. LKS yang merupakan buku bantuan dari pemerintah pusat itu telah beredar lama di Kabupaten Cianjur. Setiap SD di Kabupaten Cianjur mendapatkan bantuan 60 eksemplar LKS ini.
Materi yang diangap porno ini berada pada Bab Lima pada soal pilihan ganda. Dalam soal latihan ada beberapa pertanyaan yang meminta siswa menyebutkan nama alat kelamin laki-laki dan perempuan. Bahkan ada pertanyaan, "Alat kelamin laki-laki mengeluarkan?" Dengan pilihan jawaban testis, sperma, ovarium, dan tuba falopii.
"Ini jelas sangat tidak pantas untuk siswa SD," ungkap Yudi Suherman, salah seorang guru SD Sodong, Selasa 16 Oktober 2012.
Yudi dan sejumlah guru SD Sodong lainnya mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur segera menarik LKS itu. Isi LKS mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas lima ini dikhawatirkan membawa pengaruh negatif bagi siswa.
"Dengan materi seperti ini dan kondisi siswa dari anak SD yang senang coba-coba, kami khawatir muncul preseden buruk," keluhnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang TK/SD Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, Moch Asep Saepurohman, mengaku belum mengetahui keberadaan materi dalam LKS mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas lima ini. "Kami belum bisa melakukan tindakan langsung. Yang jelas kami harus mengkajinya terlebih dahulu," kata Asep.
Sex Education Telah Disisipkan Dalam Kurikulum
Mengapa bahasan vulgar yang tak pantas tersebut muncul dalam LKS, yang memungkinkan juga dalam beberapa buku lainnya. Hal itu wajar saja, karena memang muatan kurikulum seks ala Barat itu telah disisipkan dalam kurikulum penjas SD.
Di dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk kelas V semester I tertuang standar kompetensi ke 5 "Menerapkan budaya hidup sehat". Beberapa kompentensi dasar, diantaranya "Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi", "Mengenal berbagai bentuk pelecehan seksual" dan "Mengenal cara menjaga diri dari pelecehan seksual". Bahasan serupa akan dikupas kembali di kelas VI semester ke-2 dengan kompentensi dasar salah satunya, "Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual".
Jika demikian adanya, pantas saja muatan-muatan pornografi tersebut menjadi bahan perbincangan di kalangan anak-anak atas nama pendidikan. Ada beberapa mata pelajaran di berbagai tingkatan disinyalir telah disisipkan materi pendidikan seks sebagai solusi palsu yang ditawarkan ala barat atas persoalan pergaulan bebas akibat sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini.
Kurikulum yang sensitif terhadap seksualitas remaja diantaranya PAI, BK, Biologi, Penjaskes, PPKn, IPS. Dalam beberapa buku, diantaranya buku BK kelas VIII SMP, bahasan reproduksi remaja bahkan dibahas secara vulgar. Tentu sisipan sex education ini tidak menyentuh persoalan meningkatnya perrgaulan bebas di kalangan remaja. Bukannya menjadi solusi, malah menjadi masalah baru. Dari sebuah penelitian terjadi peningkatan perilaku bejat di kalangan pelajar setelah diterapkan KRR dibandingkan sebelum diterapkan KRR. Anak-anak remaja menjadi ingin mencoba, sementara fasilitas pun bebas.
Demikianlah, wajah pendidikan sekuler negeri ini telah memperlihatkan ada apa di balik kurikulum yang kerapkali menjadi kekhawatiran bagi masyarakat yang memiliki anak-anak usia sekolah. Sex education yang di negeri-negeri barat telah gagal mencegah peningkatan pelecehan seksual di kalangan remaja, bahkan di Barat pembelajaran pendidikan seks telah mendorong anak-anak untuk melakukan tindakan bejat tersebut.
Buah yang Diinginkan Barat?
Bagaimana pun juga, beberapa waktu lalu, kunjungan Hillary Clinton ke Indonesia telah membawa misi mereka untuk melakukan intervensi dalam dunia pendidikan. Saat konferensi pers bersama pada hari Senin, 03/09/2012, Clinton menyampaikan komitmen pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung pendidikan di Indonesia.
"Kami percaya bahwa pendidikan adalah landasan untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi individu dalam abad ke-21," kata Hillary.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Hillary menegaskan komitmen pemerintah Amerika Serikat untuk sektor pendidikan sebesar US$ 103 juta atau senilai Rp 978,5 miliar dengan estimasi kurs Rp 9.500 per dolar.
"Saya dengan bangga menyatakan bahwa USAID akan menginvestasikan US$ 83 juta utuk pendidikan dasar di Indonesia selama lima tahun mendatang. AS juga menyediakan US$ 20 juta dolar untuk pelatihan mahasiswa pascasarjana Indonesia di Amerika Serikat," kata dia.
Kerja sama di sektor pendidikan ini, menurut Hillary, merupakan model kemitraan yang benar-benar meningkatkan hubungan bilateral kedua negara karena didasarkan pada berbagi nilai-nilai bersama dan memberi keuntungan konkret bagi warga kedua negara.
Masyarakat akhirnya harus tahu, bahwa negara penjajah Amerika Serikat ternyata telah menginvestasikan dana yang begitu besar untuk pendidikan di Indonesia. Pendidikan dasar menjadi target selama lima tahun mendatang. Masyarakat juga harus tahu bahwa ada muatan-muatan yang tidak layak yang dapat membahayakan pikiran anak-anak mereka. Bisa jadi, kurikulum tersebut juga menjadi muatan yang diinginkan oleh Barat untuk men-setting generasi anak-anak Islam di negeri ini.
Walhasil, tidak ada lagi solusi selain kini sudah saatnya umat kembali kepada sistem Islam yang telah rinci mengatur juga masalah pendidikan. Pendidikan dalam sistem Islam sangat berbeda jauh dengan pendidikan sekuler sekarang. Membangun kepribadian Islam generasi menjadi tujuan dalam sistem pendidikan Islam. Inilah yang dibutuhkan umat yang akan tegak di bawah naungan Khilafah. Insya Allah, kian dekat saja. [m/ar/vivanews/tempo/athfaaluna.com]
Tak Pantas
Pendidikan ala Barat tersebut disisipkan dalam beberapa mata pelajaran. Salah satunya di dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) yang kerap menimbulkan beberapa masalah dan kegusaran bagi para pelajar Muslimah, terutama dalam beberapa praktik olahraga yang menyebabkan para pelajar tidak menutup auratnya.
Buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tidak sesuai peruntukkan kembali muncul. Beredar di Cianjur, LKS untuk murid Kelas V SD/MI itu diduga berbau pornografi dan dinilai tidak tepat bagi murid sekolah dasar.
Dalam LKS mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terdapat kalimat-kalimat dan kata yang menyebutkan organ vital pria dan wanita yang dinilai belum tepat bagi murid SD.
Keberadaan LKS itu ditemukan di SD Sodong, kecamatan Cikalongkulon, Cianjur. LKS yang merupakan buku bantuan dari pemerintah pusat itu telah beredar lama di Kabupaten Cianjur. Setiap SD di Kabupaten Cianjur mendapatkan bantuan 60 eksemplar LKS ini.
Materi yang diangap porno ini berada pada Bab Lima pada soal pilihan ganda. Dalam soal latihan ada beberapa pertanyaan yang meminta siswa menyebutkan nama alat kelamin laki-laki dan perempuan. Bahkan ada pertanyaan, "Alat kelamin laki-laki mengeluarkan?" Dengan pilihan jawaban testis, sperma, ovarium, dan tuba falopii.
"Ini jelas sangat tidak pantas untuk siswa SD," ungkap Yudi Suherman, salah seorang guru SD Sodong, Selasa 16 Oktober 2012.
Yudi dan sejumlah guru SD Sodong lainnya mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur segera menarik LKS itu. Isi LKS mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas lima ini dikhawatirkan membawa pengaruh negatif bagi siswa.
"Dengan materi seperti ini dan kondisi siswa dari anak SD yang senang coba-coba, kami khawatir muncul preseden buruk," keluhnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang TK/SD Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, Moch Asep Saepurohman, mengaku belum mengetahui keberadaan materi dalam LKS mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas lima ini. "Kami belum bisa melakukan tindakan langsung. Yang jelas kami harus mengkajinya terlebih dahulu," kata Asep.
Sex Education Telah Disisipkan Dalam Kurikulum
Mengapa bahasan vulgar yang tak pantas tersebut muncul dalam LKS, yang memungkinkan juga dalam beberapa buku lainnya. Hal itu wajar saja, karena memang muatan kurikulum seks ala Barat itu telah disisipkan dalam kurikulum penjas SD.
Di dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk kelas V semester I tertuang standar kompetensi ke 5 "Menerapkan budaya hidup sehat". Beberapa kompentensi dasar, diantaranya "Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi", "Mengenal berbagai bentuk pelecehan seksual" dan "Mengenal cara menjaga diri dari pelecehan seksual". Bahasan serupa akan dikupas kembali di kelas VI semester ke-2 dengan kompentensi dasar salah satunya, "Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual".
Jika demikian adanya, pantas saja muatan-muatan pornografi tersebut menjadi bahan perbincangan di kalangan anak-anak atas nama pendidikan. Ada beberapa mata pelajaran di berbagai tingkatan disinyalir telah disisipkan materi pendidikan seks sebagai solusi palsu yang ditawarkan ala barat atas persoalan pergaulan bebas akibat sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini.
Kurikulum yang sensitif terhadap seksualitas remaja diantaranya PAI, BK, Biologi, Penjaskes, PPKn, IPS. Dalam beberapa buku, diantaranya buku BK kelas VIII SMP, bahasan reproduksi remaja bahkan dibahas secara vulgar. Tentu sisipan sex education ini tidak menyentuh persoalan meningkatnya perrgaulan bebas di kalangan remaja. Bukannya menjadi solusi, malah menjadi masalah baru. Dari sebuah penelitian terjadi peningkatan perilaku bejat di kalangan pelajar setelah diterapkan KRR dibandingkan sebelum diterapkan KRR. Anak-anak remaja menjadi ingin mencoba, sementara fasilitas pun bebas.
Demikianlah, wajah pendidikan sekuler negeri ini telah memperlihatkan ada apa di balik kurikulum yang kerapkali menjadi kekhawatiran bagi masyarakat yang memiliki anak-anak usia sekolah. Sex education yang di negeri-negeri barat telah gagal mencegah peningkatan pelecehan seksual di kalangan remaja, bahkan di Barat pembelajaran pendidikan seks telah mendorong anak-anak untuk melakukan tindakan bejat tersebut.
Buah yang Diinginkan Barat?
Bagaimana pun juga, beberapa waktu lalu, kunjungan Hillary Clinton ke Indonesia telah membawa misi mereka untuk melakukan intervensi dalam dunia pendidikan. Saat konferensi pers bersama pada hari Senin, 03/09/2012, Clinton menyampaikan komitmen pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung pendidikan di Indonesia.
"Kami percaya bahwa pendidikan adalah landasan untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi individu dalam abad ke-21," kata Hillary.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Hillary menegaskan komitmen pemerintah Amerika Serikat untuk sektor pendidikan sebesar US$ 103 juta atau senilai Rp 978,5 miliar dengan estimasi kurs Rp 9.500 per dolar.
"Saya dengan bangga menyatakan bahwa USAID akan menginvestasikan US$ 83 juta utuk pendidikan dasar di Indonesia selama lima tahun mendatang. AS juga menyediakan US$ 20 juta dolar untuk pelatihan mahasiswa pascasarjana Indonesia di Amerika Serikat," kata dia.
Kerja sama di sektor pendidikan ini, menurut Hillary, merupakan model kemitraan yang benar-benar meningkatkan hubungan bilateral kedua negara karena didasarkan pada berbagi nilai-nilai bersama dan memberi keuntungan konkret bagi warga kedua negara.
Masyarakat akhirnya harus tahu, bahwa negara penjajah Amerika Serikat ternyata telah menginvestasikan dana yang begitu besar untuk pendidikan di Indonesia. Pendidikan dasar menjadi target selama lima tahun mendatang. Masyarakat juga harus tahu bahwa ada muatan-muatan yang tidak layak yang dapat membahayakan pikiran anak-anak mereka. Bisa jadi, kurikulum tersebut juga menjadi muatan yang diinginkan oleh Barat untuk men-setting generasi anak-anak Islam di negeri ini.
Walhasil, tidak ada lagi solusi selain kini sudah saatnya umat kembali kepada sistem Islam yang telah rinci mengatur juga masalah pendidikan. Pendidikan dalam sistem Islam sangat berbeda jauh dengan pendidikan sekuler sekarang. Membangun kepribadian Islam generasi menjadi tujuan dalam sistem pendidikan Islam. Inilah yang dibutuhkan umat yang akan tegak di bawah naungan Khilafah. Insya Allah, kian dekat saja. [m/ar/vivanews/tempo/athfaaluna.com]
0 komentar:
Posting Komentar