Ya Allah... Berilah Kami Anak yang Sholeh



Orang tua yang beriman senantiasa bermunajat kepada Allah agar selalu diberikan kebaikan. Bagi yang belum dikarunia anak mengharap kedatangan anak yang sholeh.

Namun tidak sedikit juga dari kita setelah dikarunia anak, berhenti berdoa dan berupaya mendidik anak menjadi anak sholeh bahkan membiarkan dan menjerumuskan anak menjadi tidak sholeh dengan tidak menasehatinya, juga tidak memberikan pendidikan islam yang kaffah (menyeluruh) dengan baik sehingga ketika mereka dewasa dan menjadi orang tua, mereka tidak pernah mendoakan orang tuanya sepanjang hidup mereka, apalagi mengerjakan amal sholeh. Ketika dikarunia generasi berikutnya juga mengalami nasib yang serupa  tidak terbentuk anak yang sholeh.

Padahal Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an  kepada kita bagaimana para nabi bermunajat kepada Allah  agar diberikan anak yang  sholeh: Ali –Imron 38, di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".

Dalam tafsir Ibnu Katsir dalam Juz 2 hal 37   Dzurriyatan thoyyibatan artinya anak yang sholeh .

Surat Ash-Shaaffaat 100: "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh."

Didalam  tafsir Athobarii juz 21 hal 72 surat : Ashaafaat 100 adalah permohonan Nabi Ibrahim kepada Tuhannya agar diberikan anak yang sholeh yang taat kepada Allah dan tidak melakukan kemaksiatan kepada-Nya, memperbaiki apa yang dibumi dan tidak merusaknnya

Doa Adalah Ibadah  
Doa adalah Ibadah bahkan intinya ibadah dalam surat Al-Mu’min : 60 Allah berfirman:

"Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari Ibadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina'."

Allah swt menjelaskan doa sebagai ibadah dengan ungkapan “Ibadah kepada-Ku” setelah menyatakan “Berdoa kepada-Ku. Apa yang diungkapkan ayat  ini persis seperti sabda Rasulullah saw: 
الدعاء مخ العبادة
"Doa adalah inti dar ibadah." (At-tirmidzi mengeluarkan hadist ini dari Nu’man bin Basyir, Ia berkata Hadist ini Hasan Shohih.)

Doa adalah ibadah  dan Allah mencintai hamba-Nya yang senantiasa berdoa atau bermunajat kepada-Nya  barang siapa yang meninggalkan doa kepada Allah maka dia  telah meninggalkan kebaikan yang banyak. Jadi seharusnya kita tidak akan berhenti berdoa kepada Allah.. 

Doa Disertai Terapkan Syari’at-Nya
Jika berdoa maka hendaknya kita memenuhi seruan-Nya (perintah-Nya dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya seluruhnya dengan ketundukan dan yakin. 
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."

Nabi kita juga menjelaskan dengan sabdanya:
"Ia berdoa kepada Allah, tapi makanan dan minumannya dari barang yang diharamkan, maka bagaimana mungkin akan dikabulkan doanya." (HR Muslim). 

Dalam Doa Tersebut Berdoalah untuk Kebaikan
Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda: 'Janganlah kamu berdoa atas kesengsaraan dirimu sendiri, anak-anakmu, pembantu-pembantumu dan kehancuran harta bendamu. Karena bila kamu berdoa bertepatan dengan waktu yang mustajab, doamu pasti dikabulkan." (HR Muslim, Kitabuz Zuhd WaRaqoiq 5328; Abu Daud, Kitabush sholat 1309).

Nabi juga bersabda:
"Ada tiga doa yang pasti mustajab; doa orang yang teraniaya; doa orang bepergian; dan doa orang tua atas kesengsaraan anaknya. (Kitabul Biir wash Shillah: 1828)

Terkadang ayah atau ibu jengkel kepada anaknya lalu ia mendoakan kesengsaraan bagi anaknya. Ini amat berbahaya, karena bisa jadi doanya dikabulkan sehingga hidupnya sengsara atau nakal. Oleh karena itu, ayah atau Ibu harus berdoa sekali lagi untuk kebaikan anaknya.

Pada suatu ketika ada seseorang datang kepada Abdullah bin Mubarak mengadukan kepadanya tentang kedurhakaan anaknya. Lalu Ibnul Mubarak berkata kepadanya, “ Apakah kamu pernah mendoakan dirinya durhaka ?” benar” jawab orang itu. Lalu Ibnul Mubarak berkata “ Kamulah penyebab anakmu itu durhaka.”

Karena itu, orang tua dan guru tidak boleh putus asa dari rahmat Allah swt dan tidak boleh pula mengatakan, “ saya telah mendoakan untuk kebaikan anak, tetapi nyatanya tidak ada gunanya.” Justru, ia harus berdoa dan tetap optimis atas kebaikan anaknya. Insya Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan harapan hamba-Nya dan Dia akan memberikan petunjuk dan bimbingan kepada anak-anak kita.
Share on Google Plus

About redaksi

0 komentar:

Posting Komentar