Cobalah kita sebagai orang tua bercermin dan bertanya pada diri sendiri kepada siapakah kita berikan cinta ini, bagaimana mengetahui cinta yang sejati dalam hidup ini. mengapa rasa cinta itu ada pada setiap makhluknya. Bagaimana memahami cinta yang benar. Dan bagaimana mengajarkan kepada anak-anak kita agar senantiasa menumbuhkan rasa cinta sepanjang hidupnya.
Rasa cinta telah diciptakan Allah swt kepada manusia yang merupakan bagian dari naluri kasih sayang (gharizatuh nau’). Dan perasaan ini terus ada sebab merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia dan tidak bisa dihilangkan. Akan tetapi manusia akan mengalami kegelisahan jika tidak terpenuhi rasa cintanya. Hanya saja cara pemenuhan rasa cinta tidak bisa diserahkan kepada naluriah manusia semata karena manusia berpotensi berbuat salah, kacau dan kontradiksi dalam hidupnya .
Namun cara pemenuhan itu harus berasal dari yang menciptakan manusia yaitu Allah swt yang menciptakan alam semesta. Sehingga kita sebagaimana orang tua mewujudkan rasa cinta bukan atas dasar naluriah akan tetapi atas dasar pemahaman yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Al-Azhari berkata, “Arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya."
Al-Baidhawi berkata, “Cinta adalah keinginan untuk taat,”
Ibnu Arofah berkata, “Cinta menurut istilah orang Arab adalah menghendaki sesuatu untuk meraihnya.”
Al-Zujaj berkata “Cintanya manusia kepada Allah dan Rasulnya adalah menaati keduanya dan ridho terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw.”
Jangan salah memlih cinta, dan juga jangan salah memberikan rasa cinta. Pahamilah bahwa rasa cinta yang benar dan sejati adalah cinta kepada Allah dan Rasulnya di atas segala-galanya. Rasa cinta ini adalah kewajiban yang harus ada pada diri muslim dan ditanam pada dirinya kemudian dipelihara hingga menemui-Nya.
Dalam Surat Al-Baqoroh (2):165
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."
Maknanya, orang-orang beriman itu lebih besar kecintaannya kepada Allah dibandingkan dengan kecintaan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan tandingan selain Allah. Bahkan meletakkah rasa cinta pertama dan asas (mendasar) adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Surat At-Taubah (9): 24
Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Bahkan kita bisa merasakan manisnya Iman jika kita Mencintai Allah dan Rasulnya daripada yang lainnya. Dari Anas ra. Sesungguhnya Nabi saw bersabda :
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya; orang yang mencintai seorang hanya karena Allah; dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka di lempar ke Neraka." (Mutafaq ‘alaihi)
Para sahabat Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh menerapkan kewajiban ini. Mereka senantiasa berlomba untuk mendapatkan kemuliaan ini karena ingin termasuk golongan orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Pada saat perang Uhud Abu Tholhah berkata, “Ya Nabiyullah demi bapak dan Ibuku, engkau jangan minggir, nanti panah orang-orang akan mengenaimu. Biar aku yang berkorban jangan engkau…” (Mutafaq alaihi).
Qois berkata : Aku melihat tangan Abu Tholhah menjadi lumpuh, karena dengan tangannya itulah ia telah menjaga Nabi saw pada saat perang Uhud (HR. Bukhari).
Pada saat Rasulullah pergi menuju gua Tsur disertai Abu Bakar. Abu Bakar terkadang berjalan didepan dan terkadang berjalan dibelakang beliau. Hingga hal itu membuat Rasulullah penasaran, beliau berkata, “ Wahai Abu Bakar ! kenapa engkau terkadang berjalan didepanku dan terkadang dibelakangku ?” Abu bakar berkata, “ Jika aku ingat orang-orang yang mengejarmu, maka aku berjalan di belakangmu, dan jika aku ingat orang-orang mengintaimu, maka aku berjalan didepanmu.” Rasullullah saw bersabda, “ Wahai Abu Bakar, jika terjadi sesuatu, apakah engkau suka hal itu menimpamu dan tidak menimpaku? Abu bakar menjawab benar, demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, jika ada suatu perkara yang menyakitkan, maka aku lebih suka hal itu menimpaku dan tidak menimpamu.”
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah cinta sejati sebab akan dibawa hingga hari kiamat dan tetap ada. Sedangkan cinta semu adalah. Orang –orang yang kita cintai (bapak, Ibu, anak, harta ) semuanya akan lenyap dimuka bumi ini. Mereka akan hilang dimakan usia dan waktu di dunia). Sedangkan cinta palsu adalah ketika orang-orang kafir mencintai sembahannya. Maka kecintaan mereka akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Sebagai orang tua kita harus memilih cinta sejati. Dan kita berikan ini kepada anak kita dan selalu berkata : Wahai anakku aku mencintai engkau karena Allah. Tentu semuanya harus sesuai dengan syariat Allah swt seluruhnya. Insya Allah anak-anak kita menjadi anak yang sholeh.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ أَعْطَى ِللهِ ، وَمَنَعَ ِللهِ ، وَأَحَبَّ ِللهِ ، وَأَبْغَضَ ِللهِ ، وَأَنْكَحَ ِللهِ ، فَقَدِ اسْتَكْمَلَ إِيمَانَهُ.
"Barang siapa yang memberi karena Allah, tidak memberi karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, menikah karena Allah, berarti ia telah sempurna imannya."
Hadist yang diriwayatkan al-Bazar dengan sanad hasan dari Abdullah bin Amr ia berkata : Rasulullah saw bersabda :
من أحب رجلا لله فقال إني أحبك لله فدخلا الجنة ، فكان الذي أحب أرفع منزلة من الآخر الحق بالذي أحب لله »
"Barang siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang yang dicintainya itu berkata, “ Aku mencintaimu karena Allah.” Maka keduanya akan masuk surga. Orang yang lebih besar cintanya akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia akan digabungkan dengan orang-orang yang mencintai karena Allah."
Sudahkah kita memilih dan meletakkan cinta sejati pada diri kita dan juga pada anak-anak kita sesuai dengan syariat Allah seluruhnya. jika belum, kapan lagi, kalau bukan sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar